OpinionDay #24
Oleh : Erwin K. Awan (SSG-059)
Bagian
Ke-3
Pada
tulisan sebelumnya, telah dijabarkan salah satu komponen utama dalam Blockchain
yaitu Kriptografi. Komponen lain yang penting dan perlu diketahui adalah
mekanisme konsensus, transaksi, dan smart contract (kontrak pintar).
Konsensus
Pengambilan
keputusan secara konsensus telah digunakan oleh manusia selama bertahun-tahun.
Meskipun awalnya digunakan dalam politik dan kemasyarakatan, konsensus telah
menjadi bagian penting dari ilmu computer (computer science). Algoritma
konsensus akan memastikan bahwa mesin-mesin yang berhubungan dapat saling berkolaborasi
secara independen tanpa perlu harus saling percaya dan dapat terus bekerja
bahkan bila anggota-anggota di dalam jaringan gagal terhubung.
Ada banyak
algoritma konsensus yang mengambil pendekatan berbeda untuk mengotentikasi dan
memvalidasi nilai dan transaksi pada blockchain. Mekanisme konsensus adalah
kunci untuk segala jenis blockchain, karena tidak ada lagi kebutuhan untuk
mempercayai pihak lain dan, sebagai hasilnya keputusan dapat dibuat,
diimplementasikan, dan dievaluasi tanpa perlu lagi otorisasi dari pusat.
Hasilnya transaksi bebas perantara, baik itu manusia ke manusia, manusia ke
mesin, atau mesin ke mesin.
Algoritma
konsensus menggunakan kriptografi untuk memvalidasi transaksi dan saat ini, dua
algoritma konsensus yang paling umum dikenal adalah Proof of Work (PoW)
dan Practical Byzantine Fault Tolerance (PBFT), meskipun algoritma-algoritma
konsensus baru secara konstan selalu bermunculan. PoW umumnya digunakan dalam permissionless
blockchains, dan PBFT digunakan dalam permissioned blockchain.
Selain kedua algoritma konsensus di atas terdapat mekanisme konsensus lain yang
sedang gencar dikembangkan, yaitu Proof of Stake (PoS). Mekanisme ini
sangat eksperimental dan hanya digunakan oleh beberapa altcoin saja, dan teknologinya
belumlah matang. Ethereum and EOS adalah beberapa altcoin yang sedang dalam
proses untuk beralih ke PoS.
Algoritma
konsensus memecahkan masalah lama yang disebut dengan double spending
(pengeluaran ganda) terkait dengan mata uang digital. Double spending mengacu
pada pihak-pihak yang ingin mengakali sistem dengan menghabiskan token digital
yang sama lebih dari satu kali. Dengan uang fiat, masalah ini diselesaikan
melalui penggunaan otoritas pusat (Bank Sentral).
Dalam sistem berbasis
desentralisasi tanpa otorisasi terpusat, masalah ini dapat diselesaikan melalui
konsensus. Untuk memahami masalah ini, beberapa peneliti mengusulkan sebuah ide
mengenai Masalah Para Jenderal Byzantium, sebuah eksperimen pemikiran
tentang sekelompok jenderal yang memimpin pasukan Bizantium di bagian yang berbeda-beda
dan mereka harus menyepakati rencana untuk menyerang dan menaklukkan kota
musuh.
Para jenderal hanya dapat berkomunikasi melalui utusan, tetapi
masalahnya adalah bahwa setidaknya satu jenderal adalah pengkhianat.
Pertanyaannya adalah ada berapa banyak pengkhianat dalam pasukan dan apakah
kesatuan yang disisipi oleh pengkhianat ini masih berfungsi dengan efektif sebagai
sebuah pasukan? Setiap algoritma konsensus adalah solusi Masalah Jenderal Bizantium
dan algoritma pertama yang muncul dengan solusinya adalah algoritma PBFT.
Sejak
saat itu banyak algoritma PBFT telah dikembangkan, jauh sebelum Bitcoin
diperkenalkan. Algoritma PBFT dapat diterapkan dalam jaringan yang
didesentralisasi dan di jenis permissioned blockchain, yang berarti
bahwa aspek sentral dari algoritma PBFT, yaitu keanggotaan sangat diperlukan dan
harus diotorisasi oleh pusat. Algoritma PoW memecahkan masalah ini karena
beroperasi dalam jaringan yang didesentralisasi, tanpa otorisasi dari pusat, dengan
asumsi bahwa sebagian besar pemain adalah para pemain yang 'jujur' dan
mengurangi risiko para pemain yang tidak.
Proof
of Work (PoW)
Inovasi
teknis dari PoW adalah tidak diperlukannya keanggotaan yang secara otomotis
menghilangkan adanya otorisasi yang tersentralisasi. Oleh karena itu, Algoritma
PoW dapat digunakan di blockchains publik atau permissionless, di mana para aktor
tidak harus tahu atau percaya satu sama lain. Algoritma konsensus ini
membutuhkan para pelaku yang berpartisipasi untuk memecahkan masalah komputasi
yang sulit untuk memvalidasi blok. Validasi dilakukan dengan menggunakan
kriptografi, yang berarti bahwa pelaku harus menemukan solusi ketidaksetaraan,
yang membutuhkan daya komputasi (dan energi) yang cukup besar.
Proof
of Stake (PoS)
Proof
of Stake (PoS) adalah algoritma konsensus umum lainnya yang mengambil
pendekatan yang berbeda. Di dalam PoS, seperti halnya PoW, validator dipilih
secara acak, namun validator dalam PoW memiliki peluang lebih besar untuk
dipilih jika mereka memiliki kekuatan komputasi yang lebih besar. Tidak
demikian dengan konsensus dalam PoS, di mana jumlah koin (cryptocurrency) yang
dipegang anggota akan menentukan besarnya kemungkinan untuk terpilih. Setelah
block dibuat, biaya transaksi dibayarkan ke validator tersebut dan para penandatangan
memasukkan block ke dalam blockchain.
Para penandatangan ini dapat berupa node
dalam jaringan atau grup node yang dipilih secara acak yang melakukan
penandatanganan jaringan secara menyeluruh. Untuk 'memberi insentif' pada nodes
untuk menyimpan crypto, semakin banyak crypto yang dimiliki oleh node di dalam blockchain,
semakin sederhana teka-teki yang harus dipecahkan node tersebut. Akibatnya,
node yang sudah memiliki coin yang banyak dapat dengan mudah mendapatkan lebih banyak.
PoS masih memerlukan kesepakatan konsensus, namun semakin banyak koin yang
dimiliki seorang pemain, semakin tinggi peluang keberhasilannya. PoS
membutuhkan jauh lebih sedikit perhitungan prosesor komputer dan oleh karenanya
jauh lebih hemat energi.
Ethereum
dikabarkan telah menerapkan mekanisme konsensus PoS sejak tahun 2018.
Timestamp
(Penanda Waktu)
Mekanisme
konsensus mengimplementasikan layanan penanda waktu untuk ditambahkan ke dalam
blockchain. Penanda waktu pada dasarnya mengonfirmasi bahwa transaksi tertentu
terjadi di dalam blockchain pada waktu tertentu. Jika seorang pemain mencoba
menipu sistem dan menawarkan transaksi yang sama lagi, node akan memeriksa
transaksi berdasarkan timestamp dan, jika transaksi ditemukan di blok
sebelumnya, node dalam jaringan akan mencapai konsensus bahwa transaksi tidak
valid. Selain itu, fitur penanda waktu, dalam kombinasi dengan hash,
memungkinkan pengguna untuk membuktikan bahwa dokumen tertentu dimiliki oleh
pengguna tertentu pada waktu tertentu (membuat data sepenuhnya dapat dilacak).
Transaksi-transaksi
Transaksi
bebas perantara adalah aktifitas kunci di Blockchain karena mereka
menghilangkan kebutuhan akan pihak ketiga yang terpusat dan tepercaya, yang
umumnya mengambil komisi untuk memverifikasi transaksi. Menghilangkan makelar
(perantara) sepenuhnya mengubah cara para pelaku berinteraksi satu sama lain
dan bagaimana keputusan dikembangkan, diterapkan, dan dievaluasi. Transaksi
Bitcoin masih merupakan transaksi paling umum yang dicatat pada blockchain.
Namun, transaksi keuangan lainnya yang terkait dengan mata uang, kontrak
keuangan, atau aset keras dan lunak juga dapat dicatat pada blockchain. Bahkan,
semua jenis transaksi, baik yang terkait dengan barang digital atau fisik,
dapat direkam di blockchain. Termasuk di dalamnya pendaftaran tanah, pelacakan
barang di dalam Supply Chain, identitas, reputasi, sumber daya alam,
serta pertukaran peer-to-peer seperti naik taksi atau berbagi rumah.
Pada
tahun 2016, untuk pertama kalinya, transaksi terjadi antara dua organisasi di
seluruh dunia yang dibayar dengan menggunakan blockchain dan kontrak pintar
(smart contract). Commonwealth Bank of Australia dan Wells Fargo dari AS
menggunakan blockchain, yang disebut sebagai transaksi perdagangan global
pertama di dunia antara bank-bank independen untuk pengiriman kapas dari Texas
ke Qingdao di Cina.
Selanjutnya, pada bulan Desember 2017, rumah dagang
pertanian Belanda Louis Dreyfus Co. bekerja sama dengan bank Belanda ING dan
ABN Amro, dan bank Prancis Société Générale SA untuk menjual kargo kedelai AS
ke Cina menggunakan platform blockchain. Mereka mendigitalkan dokumen, dapat mencocokkan
data secara waktu nyata, mencegah duplikasi, dan menangani seluruh transaksi
dalam setengah waktu yang biasanya diperlukan.
Kepemilikan
produk fisik juga dapat ditransfer dan disimpan di blockchain ketika pemilik
menjual aset mereka (seperti seni) dengan mentransfer kunci pribadi yang
melekat pada aset itu.
Smart
Contracts (Kontrak Cerdas)
Istilah
'kontrak pintar' pertama kali diciptakan oleh Szabo sebagai 'protokol
terkomputerisasi yang mengeksekusi persyaratan kontrak'. Ini dapat dilihat sebagai
perjanjian tradisional yang secara otomatis didefinisikan dan dieksekusi oleh
kode, tanpa meninggalkan ruang untuk berhati-hati. Kontrak pintar adalah analog
dengan skrip untuk memproses transaksi dan / atau keputusan. Mereka bekerja di
dalam blockchain dan dianggap 'aplikasi pembunuh di dunia cryptocurrency'.
Dengan kedatangan kontrak pintar yang digunakan pada blockchain, konsep yang
mendefinisikan organisasi dan bagaimana organisasi dapat mencapai keunggulan
kompetitif akan berubah secara drastis.
Smart-contract dapat dilihat sebagai
pernyataan If This Then That yang dikompilasi ke dalam bitcode (meskipun
jauh lebih rumit). Mereka adalah program perangkat lunak yang akan melakukan
transaksi atau keputusan tertentu, yang disepakati oleh dua atau lebih pemain.
Protokol kemudian direkam pada blockchain dan, setelah digunakan pada
blockchain, skrip ini tidak lagi dapat diubah dan akan selalu dieksekusi
setelah prasyarat dipenuhi. Smart-contract memiliki tiga karakteristik
berbeda: mereka otonom (setelah ditempatkan pada blockchain mereka tidak dapat
lagi diubah); mereka mandiri (mereka dapat mengakumulasi dan menghabiskan nilai
dari waktu ke waktu); dan mereka terdesentralisasi (mereka didistribusikan di
beberapa node dalam jaringan).
Setelah smart-contract ada di blockchain,
sifatnya adalah final dan tidak dapat diubah (yaitu, mereka menjadi tidak dapat
diubah, diverifikasi dan dapat dilacak). Namun, parameter tertentu dapat diubah
hanya jika kode asli memungkinkan untuk ini. Oleh karena itu, sangat penting
bagi organisasi untuk memastikan bahwa kode tersebut 100% benar dan tidak ada
bug atau kesalahan yang tersisa dalam kontrak pintar ketika dicatat pada
blockchain.
Kontrak
yang cerdas mungkin tampak revolusioner, tetapi itu bukanlah hal yang baru dan
telah ada sejak lama. Seperti dijelaskan oleh Vitalik Buterin, pendiri
Ethereum, kontrak pintar sudah ada di sebagian besar gedung perkantoran modern.
Misalnya, kartu akses yang menentukan apakah Anda diizinkan masuk ke area.
Satu-satunya perbedaan sekarang adalah ketika smart-contract diterapkan
di blockchain, mereka tetap dapat diakses tanpa batas waktu dan akan
melaksanakan tugas yang telah ditentukan sebelumnya setiap kali kondisi
tertentu terpenuhi.
Smart-contract menawarkan peluang yang luar biasa
bagi organisasi, tetapi sangat penting bahwa kontrak tersebut dikerahkan di
blockchain hanya ketika mereka terbukti bisa bekerja dengan benar. Di
tahun-tahun mendatang, kita mungkin akan melihat beragam aplikasi menggunakan smart-contract
yang akan mengubah cara kita bekerja, cara kita menjalankan bisnis, dan
bagaimana kita menjalankan kehidupan kita sehari-hari. Akan menarik untuk
melihat bagaimana hal ini akan semakin mengambil alih pekerjaan para makelar
(perantara), para manajer, dan juga para karyawan.
Referensi
5. Distributed
Ledgers (2017)
6. Risks and
Opportunities for Systems using Blockchain and Smart Contracts (2017)
8. Blockchain:
Transforming Your Business and Our World (2019)
10. The Byzantine Generals’
Problem – Leslie Lamport, Robert Shostak, Marshall Pease SRI International
(1978)
No comments:
Post a Comment