Friday, March 6, 2020

Penerapan Siklus PDCA dalam Manajemen Kualitas pada Produk Minuman Ringan

OpinionDay #34
Oleh : Widhy Wahyani (SSG-140) & Intan Maria Ulfa

Dalam era milenium ini, industri minuman ringan merupakan salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia. Diiringi dengan perubahan gaya hidup manusia yang kemudian mempengaruhi pola konsumsinya, maka kebutuhan akan minuman ringan akhir-akhir ini meningkat pesat. Demikian halnya dengan PT. XYZ yang merupakan salah satu produsen minuman ringan yang telah menelorkan beragam variasi produk yang diperuntukkan dalam memenuhi kebutuhan manusia yang cenderung berubah ke arah yang serba cepat dan instan ini. PT. XYZ sangat menjaga kualitas akan produknya, agar bisa memenangkan persaingan di dunia industri minuman ringan. Dimana agar kegiatan pengendalian kualitas terlaksana dengan baik dan lancar, maka perusahaan mengelolanya dalam sebuah manajemen kualitas. Meskipun sudah dikelola dalam sebuah manajemen khusus, produk cacat masih saja ditemui dalam proses produksi. Dari data hasil pengamatan di perusahaan masih terdapat tingginya jumlah produk cacat dari beberapa kriteria cacat, yaitu filling height sebesar 6984, no closure sejumlah 3336, sedangkan failure closure sebanyak Tingginya angka produk cacat ini masih jauh dari harapan produsen dan sekaligus merupakan tantangan yang berat bagi pihak manajemen perusahaan khususnya dalam rangka menuju zero deffect. Oleh karena itu, pihak manajemen perusahaan berusaha menerapkan PDCA (Plan, Do, Check, Action) agar bisa meraih tujuan dan harapan produsen dalam meminimasi jumlah produk cacat. Dari penerapan siklus PDCA dalam produksi minuman ringan di PT. XYZ, maka pada tahap perencanaan yang diterjemahkan per sub system, terdiri dari: pengumpulan data, menganalisa data, mencari root cause, merencanakan untuk action.
Kata kunci: siklus PDCA, manajemen kualitas, kualitas, industri minuman ringan, produk cacat 

PENDAHULUAN
Sejak penemuan minuman ringan di Amerika Serikat pada tahun 1830, konsumsinya terus meningkat secara tajam dan konstan dari tahun ke tahun. Peningkatan ini tidak hanya berlaku di Amerika Serikat, tetapi juga di negara-negara lain di seluruh belahan dunia. Dari data Biro Pusat Statistik diperoleh informasi mengenai jumlah perusahaan minuman ringan di Indonesia meningkat pesat dari tahun 1975 sampai tahun 2000, hampir 5 kali lipat dalam jangka waktu 25 tahun. Hal ini berarti bahwa permintaan masyarakat terhadap produk-produk minuman ringan mengalami kenaikan. Meskipun permintaan meningkat namun harga minuman ringan dari tahun ke tahun secara keseluruhan tidak mengalami peningkatan yang signifikan (Anonymous, 2005).

Menurut Farchad Poeradisastra, Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) dalam Consumer Goods Business Review, prospek minuman ringan di Indonesia sangat tinggi, hal ini bisa ditengarai dengan pasar minuman ringan di Indonesia yang didominasi oleh air minum dalam kemasan (AMDK) yang memiliki market share 84% dari total pasar minuman ringan siap saji dalam kemasan. Sedangkan minuman ringan berkarbonasi cenderung stagnan. Ini dimungkinkan karena semakin banyaknya pilihan produk minuman.

Minuman berkarbonasi saat ini meraih pangsa pasar sebesar 3,6%. Pertumbuhan minuman lainnya di luar AMDK yang mencolok adalah minuman isotonik, minuman sari buah dan minuman beraroma buah. Pada gambar 1, menunjukkan pertumbuhan minuman ringan siap saji.

Sumber: http://indonesianconsume.blogspot.com/2011/02/prospek-pasar-minuman-ringan-di.html

Industri minuman ringan merupakan pasar yang menjanjikan, seperti yang dikutip dari penjelasan Farchad Poeradisastra dalam Consumer Goods Business Review bahwa pada tahun 2009, penduduk Asia Pasifik mengonsumsi lebih dari juta liter minuman ringan kemasan dan memberikan kontribusi lebih dari 70% terhadap total volume pertumbuhan global, meskipun secara umum ekonomi dunia sedang mengalami penurunan pada tahun tersebut.

Tahun 2015, Indonesia menargetkan konsumsi rata-rata minuman ringan sebesar 100 liter perkapita. Suatu peluang yang masih terbuka lebar, mengingat masih rendahnya tingkat konsumsi minuman ringan Indonesia. Peluang terbesar bagi pertumbuhan minuman ringan (siap saji) di untapped market adalah jumlah populasi remaja dan anak muda yang besar. Kaum remaja dan anak muda merupakan populasi yang produktif dan berpotensi mempunyai tingkat disposible income yang meningkat. Konsumen di negara-negara berkembang seperti Indonesia, mulai mencari minuman fungsional, baik untuk kesehatan maupun kecantikan. Apalagi dengan adanya urbanisasi yang juga menjadi faktor pendorong meningkatnya permintaan terhadap pangan fungsional. Gaya hidup perkotaan dengan tingkat kesibukan tinggi ternyata juga mendorong permintaan akan produk minuman yang praktis.

Pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat menjadi pendorong pertumbuhan pasar minuman ringan tahun ini, seperti paparan Farchad Poeradisastra, Ketua Umum (Asrim). Peningkatan pendapatan akan mendorong konsumsi per kapita lebih besar dibanding tahun lalu. Minuman ringan mencakup minuman teh siap saji, susu olahan, minuman berkarbonasi, hingga minuman isotonik. Pertumbuhan pasar juga karena Indonesia menjadi negara alternatif tujuan ekspor minuman ringan dari sejumlah negara. Apalagi krisis yang terjadi di Eropa menjadikan Indonesia sebagai fokus tujuan ekspor baru. Pertumbuhan nilai penjualan tahun ini juga disebabkan kenaikan harga jual hingga 17% akibat peningkatan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi antara lain karena kenaikan upah buruh serta tarif energi listrik dan gas. Kenaikan harga jual harus sama dengan kenaikan biaya produksi, agar margin tetap terjaga. Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) memperkirakan penjualan air minum kemasan di 2013 tumbuh 11%-15% menjadi 21,9 miliar liter-22,7 miliar liter 1 dibandingkan proyeksi tahun lalu sebesar 19,8 miliar liter. Kenaikan itu ditopang pertumbuhan permintaan seiring kenaikan konsumsi air minum kemasan.

Demikian halnya dalam percaturan bisnis minuman ringan di Indonesia PT. XYZ merupakan produsen yang patut diperhitungkan kiprahnya, karena tidak hanya merupakan produsen besar, tetapi juga termasuk pioneer dalam bidangnya. Meskipun PT. XYZ merupakan pemain kawakan dalam industri minuman ringan, pihak perusahaan tetap menjaga dan mempertahankan kualitas produknya (Faiz Al Fakri, 2010). Dengan demikian kepercayaan dan loyalitas konsumen bisa dipertahankan, agar supaya memenangkan persaingan di pasar (Efraim, 2005). Berbicara mengenai kualitas produk, pastinya terkait dengan kegiatan pengendalian kualitas, demikian halnya dengan apa yang telah dilakukan oleh PT. XYZ dimana tetap berupaya menekan jumlah produk cacat yang terjadi dalam proses produksi minuman ringan yang dihasilkannya. Lebih jauhnya agar supaya kegiatan pengendalian kualitas terlaksana dengan baik dan lancar, maka perusahaan mengelolanya dalam sebuah manajemen kulitas (Anonymous, 2012). Namun demikian, meskipun sudah dikelola dalam sebuah manajemen khusus, produk cacat masih saja ditemui dalam proses produksi. Diketahui bahwa jumlah kecacatan yang terjadi masih melebihi batas toleransi perusahaan, maka bisa disimpulkan bahwa masalah pengendalian kualitas masih dalam status bermasalah dan perlu segera mendapatkan penanganan yang serius. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi sesuatu yang kurang baik pada proses produksinya (Anggelina, 2012).

Tujuan penelitian 
  1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas di PT. XYZ.
  2. Untuk mengetahui jenis kecacatan apa saja yang terjadi pada salah satu jenis  produk minuman ringan yang diproduksi oleh PT. XYZ.
  3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kecacatan pada salah satu produk minuman ringan tersebut.
  4. Untuk mengetahui bagaimana penerapan alat bantu kualitas statistik dalam mengendalikan kualitas produk di PT. XYZ.
  5. Untuk mengetahui penerapan siklus Plan Do Check Action(PDCA) dalam   manajemen kualitas pada produk minuman ringan tersebut.

Manfaat penelitian
  1. Mengetahui pelaksanaan pengendalian kualitas di PT.XYZ.
  2. Mengetahui jenis kecacatan yang terjadi pada salah satu jenis produk minuman ringan yang diproduksi oleh PT. XYZ.
  3. Mengetahui  faktor-faktor  apa  saja  yang  menyebabkan  kecacatan  pada  salah  satu produk minuman ringan tersebut.
  4. Mengetahui  bagaimana  penerapan  alat  bantu  kualitas  statistik  dalam  mengendalikan kualitas produk di PT. XYZ. 5.Mengetahui penerapan siklus Plan Do Check Action(PDCA) dalam manajemen kualitas pada produk minuman ringan tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN
Diagram alir dari penelitian yang dilakukan seperti yang tertera pada gambar 3.

Gambar 3. Diagaram Alir Penelitian

STUDI PUSTAKA
Studi  pustaka  merupakan  kegiatan  pencarian  dan  penggalian  pustaka/referensi  yang sesuai dengan topik dan permasalahan yang terjadi di perusahaan, sehingga memudahkan proses penelitian selanjutnya.

Studi internet
Studi  internet  sangat  membantu  dalam  memperoleh  data-data  peneliti  terdahulu  yang bisa digunakan sebagai acuan penelitian, serta memperoleh referensi, artike-artikel terkini yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

Pengumpulan data
  1. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder (data yang diperoleh dari lapangan berupa data–data dari pihak perusahaan dan data–data dari buku referensi yang relevan).
  2. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu: a. Observasi, b. Wawancara, c. Studi pustaka, d. Studi internet 
  3. Data yang digunakan adalah data produk akhir yang  cacat untuk produk minuman ringan X selama bulan September 2012 sampai bulan Oktober  2012.

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Standart product test pada produk minuman ringan X adalah sebagai berikut: 
  1. Beverages terisi  sesuai  dengan  standar,  
  2. Botol  memiliki  tutup,  
  3. Tutup  Botol  tertutup  dengan sempurna

Penerapan siklus PDCA
A. Plan ( Perencanaan)
Merencanakan sasaran (goal=tujuan)dan prosesapa yang dibutuhkan untuk menentukan hasil yang sesuai dengan spesifikasi tujuan yang ditetapkan. PLAN ini harus diterjemahkan secara detil dan per sub-sistem, dimana terdiri dari : 1. Pengumpulan Data, 2. Menganalisa masalah, 3. Mencari Root Cause, 4. Merencanakan untuk Action

1.Pengumpulan Data
Data  jenis  produk  minuman  ringan  X,  mulai  tanggal  1  September –5  Oktober  2012. Data yang  digunakan adalah data produk cacat yang dihitung langsung saat melakukan pemeriksaan harian dimana rata-rata produksi sebanyak 3480 produk.

Tabel 1. Data reject produk minuman X

Berdasarkan  data  yang  telah  ada,  perlu  dilakukan  analisa  tentang  jumlah  cacat  yang terjadi selama satu periode dengan menggunakan metode control chart.


Gambar 4. Control chart

Untuk   menentukan   akar   permasalahan   menggunakan   analisa   sederhana   yang berpatokan  pada  prinsip  pareto  “Dengan   fokus   pada   20%   aktifitas,   anda   akan mendapatkan 80% keuntungan.” 20  %  dari  jumlah  jenis  cacat  produk  diatas  =  20%  x  4  = 0,8 dimana 1 jenis cacat tertinggi yang harus dianalisa yaitu No Closure.

Tabel 2. Tabel jumlah produk cacat dan prosentase kumulatif

Gambar 5. Grafik pareto untuk jenis cacat

2. Menganalisa Masalah
Dari   diagram   tulang   ikan   maka   bisa   disimpulkan   bahwaFaktor –faktor   penyebab masalahnya adalah sebagai berikut:

Manusia
a.Tidak    menerapkan    SOP    :dalam    SOP    terdapat    standar –standar    untuk mengoperasikan mesin-mesin karena mesin telah otomatis.
b.Kurang  fokus  dalam  bekerja  :  karena  adanya  masalah  pribadi,  sehingga  mengganggu konsentrasi dalam bekerja yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.

Mesin
Kurang  perawatan  :  dalam  mesin  terdapat  banyak  komponen  yang  perlu  diganti  dan dirawat  secara  berkala  jika  terlambat  dalam  perawatan,  maka  akan  ada  gangguan  dalam mesin.  Contohnya  dalam  penempatan  sensor  kurang  pas  sehingga  sensor  tidak  dapat memberi tutup botol.

Material
Preform : setiap botol memiliki preform sesuai dengan standarnya masing-masing. Jika preformrusak maka botol yang terbentuk tidak sempurna dan tidak terdeteksi oleh sensor.

Environment
Penyumbatan closure:dapat terjadi jika operator lalai memeriksa jalannya closure.

3. Mencari akar penyebab masalah (root cause)
Mencari akar permasalahan mengapa sampai terjadi cacat no closure.

Tabel 3. Root causeatas kecacatan produk jenis no closure

4. Merencanakan Untuk Action
Akar permasalahannya yaitu isi beverages yang mudah tumpah karena kecepatan mesin yang begitu tinggi. Tindakan selanjutnya yang harus dilakukan yaitu:
  • Melakukan sanitasi terhadap mesin filler secara berkala.
  • Mengecek  semua  sensor  terkait  dengan closuredan part-part (bagian-bagian)  yang terkait.
  • Melakukan kontrol secara kontinyu pada mesin filleruntuk mengurangi produk reject.

B. Do (Melaksanakan Rencana Yang Ada)
Melakukan  perencanaan   proses  yang  telah  ditetapkan  sebelumnya.  Ukuran-ukuran  proses  ini  juga  telah  ditetapkan  dalam  tahap PLAN. Dalam konsep “DO” ini, kita harus  benar-benar  menghindari  penundaan,  semakin  kita  menunda  pekerjaan,  maka jumlah produk rejectakan membengkak, kerugianpun akan meningkat.

C. Check (Evaluasi)
Melakukan  evaluasi  terhadap  SASARAN  dan  PROSES  serta  melaporkan  apa  saja hasilnya.  Kita  mengecek  kembali  apa  yang  sudah  kita  kerjakan,  sudahkan  sesuai  dengan standar  yang  ada  atau  masih  ada  kekurangan.  Jika  masih  ada  kekurangan  maka  perlu dilakukan analisa ulang mengenai masalah/kekurangan yang masih timbul tersebut.

D. Action (Bertindak)
Melakukan    tindakan-tindakan    yang    diperlukan    untuk    memperbaiki    dan meningkatkan kinerja proses secara berkesinambungan.

Tabel 4. Rencana Implementasi

Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan antara lain:
  1. Pengendalian  kualitas  produksi  di  PT.  XYZ  dilandaskan  pada  penerapan  siklus  PDCA dimana secara teknisnya dilakukan perbaikan secara terus menerus.
  2. Jenis kecacatan yang terjadi pada produk minuman ringan A adalah: filling height, no closure, failure closure.
  3. Faktor-faktor   yang   menyebabkan   kecacatan   pada   produk   minuman   ringan   A adalah: man, machine, material, environment. 
  4. Penerapan  alat  bantu  kualitas  statistik  dalam  mengendalikan  kualitas  produk  di  PT. XYZ. sudah cukup baik dan disesuaikan dengan prosedur yang telah ada. 
  5. Mengetahui penerapan siklus Plan Do Check Action(PDCA) dalam manajemen kualitas pada produk minuman ringan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
  • Anggelina,  2012,Penerapan  Pengendalian  Kualitas  Statistik  Dengan  Siklus  PDCA  Pada Proses  Produksi  Plastik  Pada  PT.  Bumi  Rotan  Jaya  Di  Mojokerto,  Jawa  Timur,skripsi, Universitas Surabaya, Surabaya.
  • Ali,    Muhammad,    2011, Modul    Kuliah    Manajemen    Industri,    Universitas    Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
  • Baroto,  Teguh,  2012, Perencanaan  dan  Pengendalian  Produksi,  edisi  pertama,  Ghalia Indonesia, Jakarta.
  • Efraim, 2005, Studi Tentang Pelaksanaan Pengendalian Kualitas Pada Proses Produksi PT. Antariksa Lemivin, Universitas Diponegoro, Semarang.
  • Faiz  Al  Fakri,  2010, Analisis  Pengendalian  Kualitas  Produksi  Di  PT.Masscom  Graphy Dalam  Upaya  Mengendalikan  Tingkat  Kerusakan  Produk  Menggunakan  Alat Bantu Statistik, skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
  • Farchad Poeradisastra, 2011, Consumer Goods Business Review, diakses 15Oktober 2013, http://indonesianconsume.blogspot.com/2011/02/prospek-pasar-minuman-ringan-di.html.
  • Muhammad    Nur Ilham,    2012, AnalisisPengendalian    Kualitas    Produk    Dengan Menggunakan Statistical  Processing  Control(SPC)  Pada  PT.  Bosowa  Media Grafika (Tribun Timur), skripsi, Universitas Hasanudin, Makasar.
  • Tri   Susilo,   2007, Aplikasi   Gugus   Kendali   Mutu   (Quality   Control   Circle)Dengan menggunakan  Deming PrizeUntuk  Mengendalikan  DanMeningkatkan  Mutu Produk   Di   Koperasi   Intako,  Universitas  Pembangunan  Nasional  “VETERAN”, Surabaya, Jawa Timur.

Sumber :
http://docplayer.info/56886705-Penerapan-siklus-plan-do-check-action-pdca-dalam-manajemen-kualitas-pada-produk-minuman-ringan-widhy-wahyani-intan-maria-ulfa.html

No comments:

Post a Comment

Related Posts