Oleh : Widhy Wahyani (SSG-140) & Intan Maria Ulfa
Dalam era milenium ini, industri minuman ringan merupakan salah
satu industri yang cukup berkembang di Indonesia. Diiringi dengan perubahan
gaya hidup manusia yang kemudian mempengaruhi pola konsumsinya, maka kebutuhan
akan minuman ringan akhir-akhir ini meningkat pesat. Demikian halnya dengan PT.
XYZ yang merupakan salah satu produsen minuman ringan yang telah menelorkan
beragam variasi produk yang diperuntukkan dalam memenuhi kebutuhan manusia yang
cenderung berubah ke arah yang serba cepat dan instan ini. PT. XYZ sangat
menjaga kualitas akan produknya, agar bisa memenangkan persaingan di dunia
industri minuman ringan. Dimana agar kegiatan pengendalian kualitas terlaksana
dengan baik dan lancar, maka perusahaan mengelolanya dalam sebuah manajemen
kualitas. Meskipun sudah dikelola dalam sebuah manajemen khusus, produk cacat
masih saja ditemui dalam proses produksi. Dari data hasil pengamatan di
perusahaan masih terdapat tingginya jumlah produk cacat dari beberapa kriteria
cacat, yaitu filling height sebesar 6984, no
closure sejumlah 3336, sedangkan failure closure sebanyak
Tingginya angka produk cacat ini masih jauh dari harapan produsen dan sekaligus
merupakan tantangan yang berat bagi pihak manajemen perusahaan khususnya dalam
rangka menuju zero deffect. Oleh karena itu, pihak manajemen
perusahaan berusaha menerapkan PDCA (Plan, Do, Check, Action) agar bisa meraih
tujuan dan harapan produsen dalam meminimasi jumlah produk cacat. Dari
penerapan siklus PDCA dalam produksi minuman ringan di PT. XYZ, maka pada tahap
perencanaan yang diterjemahkan per sub system, terdiri dari: pengumpulan data,
menganalisa data, mencari root cause, merencanakan untuk action.
Kata kunci: siklus PDCA, manajemen kualitas, kualitas, industri
minuman ringan, produk cacat
PENDAHULUAN
Sejak penemuan minuman ringan di Amerika Serikat pada tahun 1830,
konsumsinya terus meningkat secara tajam dan konstan dari tahun ke tahun.
Peningkatan ini tidak hanya berlaku di Amerika Serikat, tetapi juga di
negara-negara lain di seluruh belahan dunia. Dari data Biro Pusat Statistik
diperoleh informasi mengenai jumlah perusahaan minuman ringan di Indonesia
meningkat pesat dari tahun 1975 sampai tahun 2000, hampir 5 kali lipat dalam
jangka waktu 25 tahun. Hal ini berarti bahwa permintaan masyarakat terhadap
produk-produk minuman ringan mengalami kenaikan. Meskipun permintaan meningkat
namun harga minuman ringan dari tahun ke tahun secara keseluruhan tidak
mengalami peningkatan yang signifikan (Anonymous, 2005).
Menurut Farchad Poeradisastra, Ketua Umum Asosiasi Industri
Minuman Ringan (ASRIM) dalam Consumer Goods Business Review, prospek minuman
ringan di Indonesia sangat tinggi, hal ini bisa ditengarai dengan pasar minuman
ringan di Indonesia yang didominasi oleh air minum dalam kemasan (AMDK) yang
memiliki market share 84% dari total pasar minuman ringan siap saji dalam
kemasan. Sedangkan minuman ringan berkarbonasi cenderung stagnan. Ini
dimungkinkan karena semakin banyaknya pilihan produk minuman.
Minuman berkarbonasi saat ini meraih pangsa pasar sebesar 3,6%.
Pertumbuhan minuman lainnya di luar AMDK yang mencolok adalah minuman isotonik,
minuman sari buah dan minuman beraroma buah. Pada gambar 1, menunjukkan
pertumbuhan minuman ringan siap saji.
Sumber:
http://indonesianconsume.blogspot.com/2011/02/prospek-pasar-minuman-ringan-di.html
Industri minuman ringan merupakan pasar yang menjanjikan, seperti
yang dikutip dari penjelasan Farchad Poeradisastra dalam Consumer Goods
Business Review bahwa pada tahun 2009, penduduk Asia Pasifik mengonsumsi lebih
dari juta liter minuman ringan kemasan dan memberikan kontribusi lebih dari 70%
terhadap total volume pertumbuhan global, meskipun secara umum ekonomi dunia
sedang mengalami penurunan pada tahun tersebut.
Tahun 2015, Indonesia menargetkan konsumsi rata-rata minuman
ringan sebesar 100 liter perkapita. Suatu peluang yang masih terbuka lebar,
mengingat masih rendahnya tingkat konsumsi minuman ringan Indonesia. Peluang
terbesar bagi pertumbuhan minuman ringan (siap saji) di untapped market adalah
jumlah populasi remaja dan anak muda yang besar. Kaum remaja dan anak muda
merupakan populasi yang produktif dan berpotensi mempunyai tingkat disposible
income yang meningkat. Konsumen di negara-negara berkembang seperti Indonesia,
mulai mencari minuman fungsional, baik untuk kesehatan maupun kecantikan.
Apalagi dengan adanya urbanisasi yang juga menjadi faktor pendorong
meningkatnya permintaan terhadap pangan fungsional. Gaya hidup perkotaan dengan
tingkat kesibukan tinggi ternyata juga mendorong permintaan akan produk minuman
yang praktis.
Pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat menjadi
pendorong pertumbuhan pasar minuman ringan tahun ini, seperti paparan Farchad
Poeradisastra, Ketua Umum (Asrim). Peningkatan pendapatan akan mendorong
konsumsi per kapita lebih besar dibanding tahun lalu. Minuman ringan mencakup
minuman teh siap saji, susu olahan, minuman berkarbonasi, hingga minuman
isotonik. Pertumbuhan pasar juga karena Indonesia menjadi negara alternatif
tujuan ekspor minuman ringan dari sejumlah negara. Apalagi krisis yang terjadi
di Eropa menjadikan Indonesia sebagai fokus tujuan ekspor baru. Pertumbuhan
nilai penjualan tahun ini juga disebabkan kenaikan harga jual hingga 17% akibat
peningkatan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi antara lain karena kenaikan
upah buruh serta tarif energi listrik dan gas. Kenaikan harga jual harus sama
dengan kenaikan biaya produksi, agar margin tetap terjaga. Asosiasi Perusahaan
Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) memperkirakan penjualan air minum
kemasan di 2013 tumbuh 11%-15% menjadi 21,9 miliar liter-22,7 miliar liter 1
dibandingkan proyeksi tahun lalu sebesar 19,8 miliar liter. Kenaikan itu
ditopang pertumbuhan permintaan seiring kenaikan konsumsi air minum kemasan.
Demikian halnya dalam percaturan bisnis minuman ringan di
Indonesia PT. XYZ merupakan produsen yang patut diperhitungkan kiprahnya,
karena tidak hanya merupakan produsen besar, tetapi juga termasuk pioneer dalam
bidangnya. Meskipun PT. XYZ merupakan pemain kawakan dalam industri minuman ringan,
pihak perusahaan tetap menjaga dan mempertahankan kualitas produknya (Faiz Al
Fakri, 2010). Dengan demikian kepercayaan dan loyalitas konsumen bisa
dipertahankan, agar supaya memenangkan persaingan di pasar (Efraim, 2005).
Berbicara mengenai kualitas produk, pastinya terkait dengan kegiatan
pengendalian kualitas, demikian halnya dengan apa yang telah dilakukan oleh PT.
XYZ dimana tetap berupaya menekan jumlah produk cacat yang terjadi dalam proses
produksi minuman ringan yang dihasilkannya. Lebih jauhnya agar supaya kegiatan
pengendalian kualitas terlaksana dengan baik dan lancar, maka perusahaan
mengelolanya dalam sebuah manajemen kulitas (Anonymous, 2012). Namun demikian,
meskipun sudah dikelola dalam sebuah manajemen khusus, produk cacat masih saja
ditemui dalam proses produksi. Diketahui bahwa jumlah kecacatan yang terjadi
masih melebihi batas toleransi perusahaan, maka bisa disimpulkan bahwa masalah
pengendalian kualitas masih dalam status bermasalah dan perlu segera
mendapatkan penanganan yang serius. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi
sesuatu yang kurang baik pada proses produksinya (Anggelina, 2012).
Tujuan penelitian
- Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas di PT. XYZ.
- Untuk mengetahui jenis kecacatan apa saja yang terjadi pada salah satu jenis produk minuman ringan yang diproduksi oleh PT. XYZ.
- Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kecacatan pada salah satu produk minuman ringan tersebut.
- Untuk mengetahui bagaimana penerapan alat bantu kualitas statistik dalam mengendalikan kualitas produk di PT. XYZ.
- Untuk mengetahui penerapan siklus Plan Do Check Action(PDCA) dalam manajemen kualitas pada produk minuman ringan tersebut.
Manfaat penelitian
- Mengetahui pelaksanaan pengendalian kualitas di PT.XYZ.
- Mengetahui jenis kecacatan yang terjadi pada salah satu jenis produk minuman ringan yang diproduksi oleh PT. XYZ.
- Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kecacatan pada salah satu produk minuman ringan tersebut.
- Mengetahui bagaimana penerapan alat bantu kualitas statistik dalam mengendalikan kualitas produk di PT. XYZ. 5.Mengetahui penerapan siklus Plan Do Check Action(PDCA) dalam manajemen kualitas pada produk minuman ringan tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
Diagram alir dari penelitian yang dilakukan seperti yang tertera
pada gambar 3.
Gambar 3. Diagaram Alir Penelitian
STUDI PUSTAKA
Studi pustaka merupakan kegiatan
pencarian dan penggalian pustaka/referensi yang sesuai
dengan topik dan permasalahan yang terjadi di perusahaan, sehingga memudahkan
proses penelitian selanjutnya.
Studi internet
Studi internet sangat membantu dalam
memperoleh data-data peneliti terdahulu yang bisa
digunakan sebagai acuan penelitian, serta memperoleh referensi, artike-artikel
terkini yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
Pengumpulan data
- Jenis data yang digunakan adalah data sekunder (data yang diperoleh dari lapangan berupa data–data dari pihak perusahaan dan data–data dari buku referensi yang relevan).
- Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu: a. Observasi, b. Wawancara, c. Studi pustaka, d. Studi internet
- Data yang digunakan adalah data produk akhir yang cacat untuk produk minuman ringan X selama bulan September 2012 sampai bulan Oktober 2012.
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Standart product test pada produk minuman ringan X adalah sebagai
berikut:
- Beverages terisi sesuai dengan standar,
- Botol memiliki tutup,
- Tutup Botol tertutup dengan sempurna
Penerapan siklus PDCA
A. Plan ( Perencanaan)
Merencanakan sasaran (goal=tujuan)dan prosesapa yang dibutuhkan
untuk menentukan hasil yang sesuai dengan spesifikasi tujuan yang ditetapkan.
PLAN ini harus diterjemahkan secara detil dan per sub-sistem, dimana terdiri dari
: 1. Pengumpulan Data, 2. Menganalisa masalah, 3. Mencari Root Cause, 4.
Merencanakan untuk Action
1.Pengumpulan Data
Data jenis produk minuman ringan
X, mulai tanggal 1 September –5 Oktober
2012. Data yang digunakan adalah data produk cacat yang dihitung langsung
saat melakukan pemeriksaan harian dimana rata-rata produksi sebanyak 3480
produk.
Tabel 1. Data reject produk minuman X
Berdasarkan data yang telah ada,
perlu dilakukan analisa tentang jumlah
cacat yang terjadi selama satu periode dengan menggunakan metode control
chart.
Gambar 4. Control chart
Untuk menentukan akar
permasalahan menggunakan analisa
sederhana yang berpatokan pada prinsip
pareto “Dengan fokus pada 20%
aktifitas, anda akan mendapatkan 80% keuntungan.”
20 % dari jumlah jenis cacat produk
diatas = 20% x 4 = 0,8 dimana 1 jenis cacat
tertinggi yang harus dianalisa yaitu No Closure.
Tabel 2. Tabel jumlah produk cacat dan
prosentase kumulatif
Gambar 5. Grafik pareto untuk jenis cacat
2. Menganalisa Masalah
Dari diagram tulang ikan
maka bisa disimpulkan bahwaFaktor
–faktor penyebab masalahnya adalah sebagai berikut:
Manusia
a.Tidak menerapkan SOP
:dalam SOP terdapat standar
–standar untuk mengoperasikan mesin-mesin karena mesin telah
otomatis.
b.Kurang fokus dalam bekerja :
karena adanya masalah pribadi, sehingga
mengganggu konsentrasi dalam bekerja yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.
Mesin
Kurang perawatan : dalam mesin
terdapat banyak komponen yang perlu diganti
dan dirawat secara berkala jika terlambat
dalam perawatan, maka akan ada gangguan
dalam mesin. Contohnya dalam penempatan sensor
kurang pas sehingga sensor tidak dapat memberi
tutup botol.
Material
Preform : setiap botol memiliki preform sesuai dengan standarnya
masing-masing. Jika preformrusak maka botol yang terbentuk tidak sempurna dan
tidak terdeteksi oleh sensor.
Environment
Penyumbatan closure:dapat terjadi jika operator lalai memeriksa
jalannya closure.
3. Mencari akar penyebab masalah (root cause)
Mencari akar permasalahan mengapa sampai terjadi cacat no closure.
Tabel 3. Root causeatas kecacatan produk
jenis no closure
4. Merencanakan Untuk Action
Akar permasalahannya yaitu isi beverages yang mudah tumpah karena
kecepatan mesin yang begitu tinggi. Tindakan selanjutnya yang harus dilakukan
yaitu:
- Melakukan sanitasi terhadap mesin filler secara berkala.
- Mengecek semua sensor terkait dengan closuredan part-part (bagian-bagian) yang terkait.
- Melakukan kontrol secara kontinyu pada mesin filleruntuk mengurangi produk reject.
B. Do (Melaksanakan Rencana Yang Ada)
Melakukan perencanaan proses yang
telah ditetapkan sebelumnya. Ukuran-ukuran proses
ini juga telah ditetapkan dalam tahap PLAN. Dalam
konsep “DO” ini, kita harus benar-benar menghindari
penundaan, semakin kita menunda pekerjaan, maka
jumlah produk rejectakan membengkak, kerugianpun akan meningkat.
C. Check (Evaluasi)
Melakukan evaluasi terhadap SASARAN dan PROSES serta melaporkan apa saja hasilnya. Kita mengecek kembali apa yang sudah kita kerjakan, sudahkan sesuai dengan standar yang ada atau masih ada kekurangan. Jika masih ada kekurangan maka perlu dilakukan analisa ulang mengenai masalah/kekurangan yang masih timbul tersebut.
D. Action (Bertindak)
Melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja proses secara berkesinambungan.
Tabel 4. Rencana Implementasi
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan antara lain:
- Pengendalian kualitas produksi di PT. XYZ dilandaskan pada penerapan siklus PDCA dimana secara teknisnya dilakukan perbaikan secara terus menerus.
- Jenis kecacatan yang terjadi pada produk minuman ringan A adalah: filling height, no closure, failure closure.
- Faktor-faktor yang menyebabkan kecacatan pada produk minuman ringan A adalah: man, machine, material, environment.
- Penerapan alat bantu kualitas statistik dalam mengendalikan kualitas produk di PT. XYZ. sudah cukup baik dan disesuaikan dengan prosedur yang telah ada.
- Mengetahui penerapan siklus Plan Do Check Action(PDCA) dalam manajemen kualitas pada produk minuman ringan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
- Anggelina, 2012,Penerapan Pengendalian Kualitas Statistik Dengan Siklus PDCA Pada Proses Produksi Plastik Pada PT. Bumi Rotan Jaya Di Mojokerto, Jawa Timur,skripsi, Universitas Surabaya, Surabaya.
- Ali, Muhammad, 2011, Modul Kuliah Manajemen Industri, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
- Baroto, Teguh, 2012, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, edisi pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.
- Efraim, 2005, Studi Tentang Pelaksanaan Pengendalian Kualitas Pada Proses Produksi PT. Antariksa Lemivin, Universitas Diponegoro, Semarang.
- Faiz Al Fakri, 2010, Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Di PT.Masscom Graphy Dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan Produk Menggunakan Alat Bantu Statistik, skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
- Farchad Poeradisastra, 2011, Consumer Goods Business Review, diakses 15Oktober 2013, http://indonesianconsume.blogspot.com/2011/02/prospek-pasar-minuman-ringan-di.html.
- Muhammad Nur Ilham, 2012, AnalisisPengendalian Kualitas Produk Dengan Menggunakan Statistical Processing Control(SPC) Pada PT. Bosowa Media Grafika (Tribun Timur), skripsi, Universitas Hasanudin, Makasar.
- Tri Susilo, 2007, Aplikasi Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle)Dengan menggunakan Deming PrizeUntuk Mengendalikan DanMeningkatkan Mutu Produk Di Koperasi Intako, Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”, Surabaya, Jawa Timur.
Sumber :
http://docplayer.info/56886705-Penerapan-siklus-plan-do-check-action-pdca-dalam-manajemen-kualitas-pada-produk-minuman-ringan-widhy-wahyani-intan-maria-ulfa.html
No comments:
Post a Comment