Tuesday, September 10, 2019

RFID

#Online Discussion Group

Online Discussion Group dimulai dari artikel 6 Tips to Improve Inventory Accuracy yang di share di Whatsaap Group. Kemudian fokus kepada tools nomor 6, yaitu Use technology to your advantage, diantaranya menggunakan Bar coding technology dan RFID (radio frequency identification).

Beberapa member mengetahui vendor aplikatornya, namun masih sedikit untuk user experience-nya. Sehingga masih banyak yang masih kurang paham mengenai RFID ini.

Ada yang menggambarkan bahwa RFID ini mirip dengan gambaran bahwa setiap barang ada barcode, dimana dari barcode tersebut bisa di scan masuk ke sistem, dan kemudian juga bisa di tracking pergerakan barangnya.

Jika kita mengaplikasikan RFID, tentunya akan mempermudah saat stock opname. RFID ini sangat berguna untuk mengurangi proses input secara manual. Sehingga saat stock opname menggunakan RFID untuk mempercepat proses. RFID/ barcode sangat berguna untuk memudahkan input data inbound/outbound.

Beberapa perusahaan sudah memakai RFID, di DHL hampir semua project pakai RFID. Bukan hanya untuk stock opname saja, tapi juga untuk proses handling di warehouse. Karena langsung interface dengan WMS.

Di WMS ada pallet ID yang isinya jumlah crt dlm 1 pallet beserta informasi lainnya seperti expired date, berat, termasuk quantity, prod date, berat dan lain-lain. Di WMS ada modul inbound, putaway, replenishment, outbound, inventory.

Saat proses stock opname kita tetap harus menghitung aktual fisiknya. Jika sudah benar baru ditembak barcode/RFID nya. Begitu juga setiap hari ada cycle count dan reconcile antara fisik dan system jika tidak sesuai dilakukan adjustment.

RFID terdiri dari 2 macam, aktif dan pasif. Yang aktif pakai baterai dan memancarkan gelombang jadi bisa langsung otomatis menghitung stok dalam jangkauan frequency-nya. Kalau yang pasif jangkauannya lebih pendek, seperti yang dipakai di matahari, saat lewat gate baru terdeteksi.

Foto dari Cak Amik

Terdapat sharing mengenai implementasi RFID di Warehouse, beberapa tahun yang lalu sempat mendatangkan beberapa vendor RFID untuk rencana implementasi stock opname. Tapi banyak hal yang menjadi parameter dan resistensi. Hal ini terkait dengan model item barang, cara penempatan, material dan kerekatan.

Salah satu kendalanya adalah saat case-nya adalah barang-barang inventory logam dengan berbagai jenis di gudang PJB. RFID reader-nya menggunakan omni, yang secara data sheet jangkauan sekitar maksimal 30 m. Ternyata untuk median logam sangat banyak penghalang.

Dengan menggunakan RFID label tag biasa pasif. Akhirnya dicoba menggunakan RFID aktif yang harga minimal 300rb, baru bisa dibaca. Pertanyaan selanjutnya yang muncul, apakah semua item harus pakai RFID aktif? Sedangkan SKU-nya banyak, dan ada barang-barang kecil yang kadang out-nya cuman 1 item saja.

Barang yang terbuat dari metal, cair, atau kimia juga perlu diperhatikan. Terdapat pengalaman di salah satu perusahaan air minum kemasan, sempat ada masalah trial implementasi untuk tracking air dalam kemasan galon.

Jadi perlu ada kajian strategi dan POC dari masing-masing vendor dan juga perubahan SOP dalam handling.

Sharing lain mengenai RFID, terdapat member yang menceritakan tempat dia bekerja yang saat ini masih studi penerapan RFID untuk handling barang jadi kertas, mulai dari Good Receipt, WMS, sampai Good Issue. Dimana saat itu mengundang 2 vendor dan langsung POC, saat POC nya dihadapkan dengan 2 kondisi : 

1. Reader-nya mobile vs fixed, mobile reader trial di operator dan juga attach di forklift, sementara fixed kita trial di pemasangan gate yang dilalui barang. Hasilnya, ada plus minus. 

Mobile reader membuat fleksibitas kita dalam mengidentifikasi barang, sehingga peletakkan tidak begitu menjadi masalah. Tetapi, mobile reader ini semakin low bat, daya tangkapnya makin kurang. Match in frekuensi tangkap dengan jarak antar tag juga perlu diatur.

Sedangkan fixed reader, daya tangkap statis, karena pakai sumber kelistrikan. Tetapi, fleksibilitas peletakkan tag menjadi terbatas, karena salah posisi saja / tertutup bahan-bahan yang metal / lembab, besar potensi tag tidak terbaca.

2. Tag-nya mau dibuat closed loop vs open loop. Kalau closed loop lebih efisien karena kita bisa reuse, tapi lepas pasang tag membuat tambahan proses manual di dalam nya. Open loop dipandang lebih bisa mempercepat proses, cuma kita harus invest tag tiap bulan sejumlah pengeluaran barang.

No comments:

Post a Comment

Related Posts