OpinionDay #20
Oleh : Taufan Yanuar (SSG-007)
Hari ini Surabaya ada gawe ITS Run 5.9 dalam rangka Dies Natalis ke 59 dengan mengangkat tema Borderless Sustainable Technology. Jadi ingat dua minggu lalu ada project INEOS 159 Challenge yang menghebohkan dunia lari.
Tepatnya tanggal 12 Oktober 2019, adalah Eliud Kipchoge, pelari berkebangsaan Kenya, yang berhasil memecahkan rekor lari marathon sejauh 42,160 km, yang ditempuh kurang dari 2 jam, tepatnya 1:59:40,2 detik di Wina, Austria.
Saat ini memang sedang tren olahraga lari. Banyak komunitas dan perlombaan yang digelar. Hal ini selain diikuti oleh brand dan produk seperti minuman energi dan peralatan olahraga terbaru, juga diikuti oleh teknologi yang mendukung dalam lomba lari.
Dahulu pencatatan waktu peserta lomba lari itu dilakukan secara manual oleh ratusan orang untuk mengawasi ribuan peserta. Misalnya Surabaya Marathon 2019 kemarin yang diikuti oleh 6.000 peserta menggunakan teknologi RFID.
Teknologi RFID diadopsi dari dunia manufaktur oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja supply chain. Terutama dalam industri fast moving consumer goods atau FMCG. Karena pasar FMCG merupakan salah satu pasar yang pergerakannya paling cepat di dunia.
RFID berbentuk chip yang dikenakan pada nomor BIB atau nomor dada pelari. Chip ini nantinya dapat terbaca oleh sensor pembaca RFID yang diletakkan pada titik start, pertengahan rute, dan finish, untuk pencatatan waktu start, split time dan finish digunakan teknologi RFID (Radio Frequency Identification).
Setiap chip itu memiliki angka identifikasi yang unik untuk membedakan chip satu dengan chip yang lain. RFID menggunakan UHF (ultra-high frequency) sehingga dapat dibaca dalam jarak paling satu meter.
Dengan memanfaatkan tag RFID dan pembacanya, jumlah barang dapat dihitung hanya dalam hitungan detik. Hal ini dikarenakan tag RFID secara otomatis dapat dipindai tanpa berada di bawah scanner dan beberapa tag dapat dipindai secara bersamaan. Sehingga hal ini dapat menjadi efisiensi biaya dan waktu.
Dengan teknologi RFID baik lomba lari marathon dan manufaktur menjadi jauh lebih efisien, karena pencatatan waktu dilakukan secara otomatis oleh sistem.
Sumber :
http://www.taufanyanuar.com/2019/10/borderless-sustainable-technology.html
Belajar dan Ikut Serta Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Meningkatkan Keunggulan Bersaing Industri Indonesia
Sunday, October 27, 2019
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Info Masze... Banyak yang bisa kita pelajari dari Public Speaking, salah satunya ketika "Presentasi di depan umum / atasan". Surab...
-
Kopdar-10 Untuk memper-erat tali persaudaraan dan komunikasi, komunitas Surabaya Study Group melaksanakan Kopdar yang ke-10. Sambil ...
-
Pada hari Sabtu, tanggal 27 Juli 2019, pukul 10.00 hingga pukul 14.00 diadakan rapat pengurus IPOMS Surabaya bertempat di Rollaas Cafe C...
-
Diskusi Surabaya Study Group melalui Whatsapp grup dimulai dari pertanyaan singkat : bagaimana cara menghitung safety stok ? Untuk mene...
-
STUDY GROUP ke-34 TEMA "Tantangan & Potensi Jawa Timur sebagai basis Supply Chain Kawasan Indonesia Timur" NARASUMBER...
No comments:
Post a Comment