Saturday, September 7, 2019

Bisnis Retail mulai Redup?


Diskusi online di whatsapp grup IPOMS Chapter Surabaya dimulai pada pukul 11:30 saat senior di Study Group, yaitu Fauzi Arif IPOMS yang sedang berjalan-jalan ke Giant Sidoarjo setelah hampir 1 tahun tidak pernah masuk kesana. Betapa kagetnya beliau saat melihat disana kosong sehingga seakan mulai memasuki lonceng kematian karena banyak rak yang kosong dan empty floor space.

Kondisi tersebut ditimpali oleh member yang lain bahwa plan disana memang mau tutup sehingga sepi pengunjung. Bahkan katanya sebagian barang-barang telah diangkut dan dipindah ke Giant yang terramai yaitu di Giant Rajawali.

Hal ini bisa dikarenakan beberapa hal, misalnya karena konsepnya yang telah kalah dengan Supermarket yang lain seperti Transmart yang telah mengadopsi konsep all in one.

Orang belanja ke supermarket seperti Giant & Transmart sekarang lebih banyak ke faktor entertainment shopping. Bukan untuk pemenuhan kebutuhan harian, karena di Indomaret & Alfamart ada program diskon JSM  (Jum'at-Sabtu-Minggu). Ini juga yang dapat reduce significantly pergerakan customer ke supermarket.

Jika unsur entertainment shopping sudah tidak mampu dipenuhi oleh supermarket tersebut, maka better tutup sekarang saja. Konsep entertainment shopping ini dipahami benar oleh specific supermarket seperti ACE Hardware atau IKEA, dimana customer benar-benar dipandang sebagai raja yang harus dilayani.

Sehingga dengan tutupnya Giant di Sidoarjo menyisakan pemain Hypermart dan Transmart di Sidoarjo, dan satu lagi Supermarket di Ciplaz. Memang diakui atau tidak bahwa dari segi jaringan, mungkin giant kalah bersaing dengan Hypermart dan Transmart.

Secara cost operation, bisa jadi Giant bisa lebih besar dari Hypermart. Padahal Giant memiliki banyak jaringan sehingga seharusnya bisa tekan cost operation. Hal ini dikarenakan belum ada signifikan dengan banyaknya jaringan dengan supermarket.

Dari sisi competitor, kompetitor giant salah satunya Transmart, yg menggunakan strategi dengan menambahkan fungsi ritel agar tidak hanya sekadar menjadi pusat belanja, tetapi juga wahana bermain anak-anak, restoran, cafe dan bioskop.

Sehingga saat bapak dan ibu males ke supermarket, anak dijadikan triger di arena bermain. Sehingga mau tidak mau ya jadi belanja. Atau kondisi lain jika istri belanja, suami bete nungguin, makanya dibuatkan food court. Kalau food court sudah membosankan, mungkin dibuatkan tempat pijat.

Selain faktor tersebut, juga dari segi inovasi layout, dimana jika dibandingkan dengan kompetitor masih jauh. Misalnya jika kita lihat di Surabaya setidaknya terdapat 3 outlet Giant yang rata rata memiliki gedung sendiri. Dibandingkan dengan pesaing yang lain nempel dengan pengelola.

Konsep entertaiment yang diterjemahkan pada layout misalnya adalah produk yang diletakkan di eskalator naik dan turun.

Selain dari pesaing yang sama-sama offline, tidak bisa dipungkiri market online seperti Bukalapak, Tokopedia dan lain-lain juga memberikan dampak besar. Sehingga yang market offline mesti melakukan turn around jika tidak ingin decline atau mati.

Market place yang kalah bersaing juga bisa dikarenakan terlalu banyak barang slow moving bahkan dead moving yang diinvestasikan dalam kulakannya. Kemudian keberatan di fix cost bangunan, dimana seharusnya 1 toko yang besar yang kelasnya seperti Giant Waru atau Rajawali, bisa menjadi toko sekaligus DC (Distribution Center) bagi toko-toko lain sekotanya.


Padahal sebenarnya Giant di Sidoarjo sebelumnya tidak pernah sepi pengunjung. Setidaknya ada 3 member IPOMS yang merasakan antrian kasir-nya di Giant yang terlalu panjang. Sehingga promo yang sering dipromokan dengan harga murah menjadi relatif. Contohnya adalah promo Minyak Goreng atau Pampers, dengan harapan customer akan sekalian belanja yang lain.

Tapi sering sekali karena sudah terlanjur ambil belanjaan, waktu mau antri akhirnya kereta belanjaan ditinggal begitu saja, karena malas antri di kasir. Padahal sebenarnya terdapat banyak meja banyak yang dibiarkan kosong tanpa ada pegawainya.

Kesan antrian kasir panjang sudah melekat ke Giant. Ini pain-nya customer yang tidak pernah diperhatikan oleh management Giant. Kalau mereka mau analisa data load antrian kasir, sebenarnya bisa memanfaatkan tenaga freelance dari SMK untuk jam-jam tertentu dan hari-hari tertentu.

Banyak yang tidak mau antri lama. Banyak yang pindah ke market lain, yang menyediakan tombol jika antrian sudah melebihi 5 orang bel berbunyi.

Konon infonya bahwa secara income dari selling tidak sepadan dengan cost operasional-nya, sehingga jumlah karyawan pun dipangkas, tapi hal tersebut tidak menyelesaikan masalah, bahkan tambah bikin masalah baru yaitu semakin panjangnya antrian karena minimnya store crew yang handle costumers.

Info dari orang dalam saat iseng bertanya, secara sales masih oke, tapi tenant ketika ekstent kontrak tidak ada menemukan titik temu nemu dealnya. Sehingga tumbang pada akhirnya. Info ini bisa jadi tidak valid, sehingga masih perlu diklarifikasi lagi.

Beberapa member berpendapat bahwa kondisi antrian panjang tersebut tidak terjadi tiap hari, antrian panjang terjadi biasanya pada tanggal-tanggal tertentu dan saat ada promo. Itu saja. Sedangkan hari biasa selama ini banyak yang sepi.

Sehingga setidaknya ada 2 penyebab, yaitu faktor External yaitu perubahan perilaku belanja konsumen, persaingan ketat pasar ritel, banyaknya pesaing yang dekat jarak tempuh dengan konsumen.

Sedangkan dari faktor Internal misalnya karena pemilihan lokasi yang kurang strategis berdasarkan perkembangan zaman, maka setiap gerai akan di evaluasi, terlambat menganalisa SWOT.

Sampai saat ini masih terdapat 119 gerai secara nasional masih beroperasi, dengan gerai-gerai yang penjualannya masih bagus. Dan bahkan group Hero ini mulai mengembangkan ritel farmasi (Guardian) dan ritel perabot RT (IKEA) dengan semangat zaman now.

Terdapat gagasan yang menarik, misalnya di surabaya ada 5 bagian, yaitu utara, selatan, barat, tengah dan timur, dibuatkan 1 tempat market yang besar, yang barangnya lengkap dan semua ada, dan yang kecil-kecil di tiap-tiap kelurahan yang barangnya fast moving, semua bisa didapatkan dari data sales, dan tetap jangan lupa untuk mengikuti perkembangan zaman.

Kondisi sekarang retail sedang  digoyang hebat. Kecuali retail atau tenant yang punya ciri khas kuat pasti bisa bertahan.

No comments:

Post a Comment

Related Posts