Tuesday, October 22, 2019

Lost in Translations

OpinionDay #19
Oleh : Erwin K. Awan (SSG-059)

Sebuah Cerita Supply Chain & Operation



"Ayah dari Direktur saya ingin beli botol A**** ini. Tolong please info marketing Souvernir nya. Akan aku kontak."

Seorang teman menyampaikan sebuah pesan di group social media bahwa atasannya sangat ingin sekali memiliki sebuah tumbler sport berbahan metal yang merupakan sebuah souvenir dari salah satu Forwarder ternama.

Dengan reflex seorang sourcing dan purchasing dengan sigap saya melakukan sourcing secara online. Dan bermodal 2 baris pesan di atas, saya sudah langsung mengambil keputusan bahwa produk yang dicari adalah untuk souvenir dan (tentunya) harga yang murah, karena tidak mungkin untuk souvenir hanya dibeli 1-2 produk saja.

Ternyata kesimpulan saya (directly jump into conclusion) adalah salah. Yang dibutuhkan ternyata hanya satu saja karena keinginan seseorang untuk memiliki barang yang sejenis.

Dari kejadian ini, sedikitnya ada 2 (dua) hal yang bisa dibahas, yaitu:
1. Komunikasi/informasi yang tidak (terlalu) jelas.
2. Membuat keputusan tanpa melakukan check/re-check.

Informasi yang tidak akurat akan berdampak pada in-efisiensi, baik sumber daya, waktu, dan energi.

Informasi yang akurat adalah sangat penting bagi kinerja di dalam Supply Chain, karena akan menjadi basis bagi para Supply Chain manager dalam membuat keputusan yang optimal. Tanpa informasi yang akurat seorang manager tidak dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh pelanggan, berapa banyak persediaan yang ada, serta berapa banyak lagi produk yang harus diproduksi serta dikirim kepada pelanggan. (Chopra & Meindl, 2013)

Tantangan yang melekat pada keberhasilan pengembangan dan implementasi informasi yang efektif adalah berbagi informasi dalam rantai Supply Chain dan disiplin untuk memastikan integritas data yang dikumpulkan. (Coyle, Langley, Novack & Gibson, 2013).

Setiap hari, baik organisasi kecil hingga besar memiliki sejumlah besar data yang dikompilasi ke dalam sistem mereka, dan data mentah memerlukan analisis yang tepat untuk membuatnya menjadi masuk akal dan dapat digunakan. Tentu saja bagian yang menantang adalah adalah bagaimana memanfaatkan data itu? Bagaimana membuat data mentah menjadi bermakna dan dapat dipahami dalam pengertian bisnis bagi para pembuat keputusan? Bagaimana cara memperoleh wawasan yang melekat dari data tersebut? Meskipun ini adalah sebuah kombinasi antara seni & sains, saya percaya bahwa akal sehat, keterampilan analitis, keahlian dalam menggunakan tools yang tepat serta menjaga integritas, akan membuat kita menjadi pembuat keputusan yang handal dalam menangani berbagai informasi dengan jelas dan tanpa bias, serta dapat memaksimalkan keputusan yang dihasilkannya.

Reference
Chopra, S. & Meindl, P. (2013). Supply Chain Management – Strategy, Planning, and Operation. (5th Edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Coyle, J., Langley, C., Novack, R. & Gibson, B. (2013). Supply Chain Management - A Logistics Perspective. (9th Edition). United States of America: South Western, Cengage Learning.

No comments:

Post a Comment

Related Posts