Kali ini Online Discussion Groups merangkum dari diskusi Surabaya Study Group via Whatsapp Grup yang mengangkat tema "Another kind of innovation by Amazon.com". Kita bisa melihat bukti dari esensi sebuah inovasi ketika sebuah ide tidak terbentur oleh variable apapun.
Sehubungan dengan lebih meningkatkan efisiensi dalam Inventory Management, Amazon menggunakan robot-robot di dalam aktivitas gudangnya, yang teknologinya diperoleh dari akuisisi perusahaan startup bernama Kiva di tahun 2012.
Ini sisi positive inovasi Inventory Management dari Amazon adalah siklus yang pada umumnya membutuhkan 60 menit ketika staf gudang secara manual memilah tumpukan barang, memilih produk, mengemas, dan mengirimnya. Sekarang dengan adanya robot, mereka dapat menangani pekerjaan yang sama dalam waktu 15 menit saja. Robot-robot tersebut tidak hanya lebih efisien namun juga memakai ruang yang lebih sedikit daripada rekan mereka (manusia). Dan disain gudang dapat dimodifikasi untuk mendapatkan ruang yang lebih luas.
Terkait dengan inovasi amazon.com di atas, menurut Deutsche Bank, operating cost amazon.com mengalami penurunan sebesar 20% atau setara
USD 22 juta di setiap Warehouse-nya. So, at the end is about money .
Namun dari sisi negativenya akan semakin banyak manusia pengangguran.
Dari sisi negative lainnya, umumnya robot belum tentu bisa beradaptasi dengan perubahan. Misal tidak ada ID pada product terkait maka akan muncul error messages.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana peran SDM dalam menghadapi era digital?
System digital memang butuh bagi para pengusaha, namun keseimbangan mengelola SDM juga penting bagi pemerintah, guna menyeimbangkan tenaga kerja. Untuk itu peran SDM cukup penting untuk menjadi operator digital yang mumpuni dan bijak.
Robot secanggih apapun teknologi yang digunakan, tetap saja itu semua hasil kolaborasi otak manusia, dan penggunanya juga manusia, serta kembali semua ke manusianya.
Lalu bagaimana menjembatani SDM dengan stakeholders?
Bagi perusahaan besar yang have no issue dengan modal mungkin tidak masalah apabila mereka harus meng-automation-kan proses produksi mereka, walaupun dengan harus mengurangi human resource mereka sehubungan dengan pekerjaan yang telah diambil alih oleh robot.
Namun demikian, pemanfaatan automation ini bukannya tanpa downside. Paling tidak robot dan segala perangkat pendukungnya harus dimonitor serta di-maintain. Tentunya dibutuhkan sumberdaya yang handal dan ahli serta specialist di bidangnya, yang pastinya bergaji sangat besar dibandingkan pekerja-pekerja sebelumnya.
Memang automatisasi terlihat gurih, namun hal tersebut terjadi jika kita mampu men-setup dengan benar. Tapi bagi produsen yang hanya memikirkan laba usahanya yang sudah menjadi target bagaimana?. Karena hitungan hari dan jam tetap sama dari tahun ke tahun, bahkan mungkin dari abad ke abad.
Maka perlu pembelajaran atau study-study mengenai pemahaman teknologi dan kemanusiaan.
Pertanyaannya selanjutnya adalah siapa yang akan berperan dalam hal itu? Apakah pembuat teknologi? pembuat kebijakan.? atau pengguna teknologi?
Sisi kemanusian memang lebih berharga daripada teknologi yang belum tentu menguntungkan manusia. Ada hal yang masih tidak bisa tergantikan manusia, misalnya saja contoh sederhana adalah semahal-mahalnya alat namun tetap saja yang melakukan setting adalah manusia.
Bahkan dalam hal ini boleh dibilang manusia masih lebih flexible karena dalam bekerja masih bisa menyesuaikan keadaan. Dan sebagai penutup diskusi dan artikel ini, perlu kita ingat bahwa teknologi apapun itu adalah asisten manusia.
Belajar dan Ikut Serta Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Meningkatkan Keunggulan Bersaing Industri Indonesia
Monday, August 21, 2017
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Hari Jumat ini, tanggal 11 Desember bertepatan sebagai Hari Gunung Internasional, yang telah ditetapkan pada tanggal tahun 2002 oleh PBB. D...
-
Opinion Day #16 Oleh : Taufan Yanuar (SSG-007) Rabu pagi saat cek di aplikasi tiket online untuk jadwal bioskop, ternyata 4 jadwal untu...
No comments:
Post a Comment