Kali ini yang didiskusikan dalam Whatsapp grup dari Surabaya Study Group cukup berat. Yaitu mengambil topik mengenai pemimpin yang kurang capable. Semua itu diawali dari pertanyaan : bagaimana jika kita mempunyai pemimpin yang tidak capable dan bagaimana kita membangun kemampuan perbaikan berkelanjutan dalam perusahaan jika pemimpinnya seperti itu?
Hal ini cukup berat karena pemimpin perusahaan ibarat jantung dari sebuah perusahaan. Namun yang disebut pemimpin tidak melulu pimpinan pucuk perusahaan, namun juga bisa adalah Manager atau Supervisor.
Maka tidak ada salahnya kita harus bisa bedakan antara manager dan leader. Jika manager hanya lebih utamakan target secara commersial terpenuhi tanpa peduli kesulitan bawahan, namun jika pemimpin sekaligus leader maka dia akan tahu bagaimana bawahan dapat mencapai target akan selalu didampingi dan dibimbing bahkan mendengar apa kata bawahan, tidak hanya target perusahaan, tapi juga kehidupan pribadi akan diperhatikan. Karena seorang leader yakin bahwa semua bawahan dan perusahaan akan sukses bila semua juga sukses dalam kehidupan pribadi.
Yang perlu diperhatikan pula adalah mengenai mental karyawan jika jatuh, maka akan mempengaruhi performa karena juga akan ikut turun. Untuk itu membutuhkan recovery yang cukup berat. Terlebih jika dibarengi dengan complain customer.
Ada beberapa pertanyaan fundamental yang mesti dijawab terlebih dahulu yaitu apa maksud capable, factor apa yg mempengaruhinya dan siapa yg boleh menjustifikasinya?
Seorang direktur misalnya direkrut oleh shareholder setidaknya telah dianggap mempunyai kemampuan merealisasikan VISI dan MISI institusi dimana dia diminta menjadi pemimpin. Values si pemimpin tentu menjadi faktor penting dan pasti telah diuji dan dianggap sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan.
Kadang bawahan menilai kapabilitas pimpinan pada cara melakukan sesuatu dimana cara itu dilandasi kemampuan keilmuan. Jika cara pemimpin berbeda dg cara si bawahan, terkadang justifikasi muncul bahwa pemimpin tidak mempunyai kemampuan seperti yang dibayangkan si bawahan.
Ukuran justifikasi salah satunya bisa dilihat dari output KPI yang diharapkan atau yang dihasilkan. KPI berisi semua tolak ukur kinerja seseorang, termasuk kerja team yang harus di-lead oleh seorang pemimpin atau leader.
Ukuran pemimpin pun tidak cukup hanya capable, harus diimbangi juga dengan knowledge, leadership, hard skill dan soft skill. Capable atau bisa tidaknya suatu kepemimpinan ada pendapat yang mengatakan "Let the numbers do the talk".
Misalnya pemimpin sales, maka bisa dilihat dari angka hasil penjualan. Namun yang perlu diperhatikan adalah saat set number atau menentukan target, karena jika tidak tepat maka akan bisa menjadi bumerang, jika terlalu rendah maka tentunya kan terlalu mudah dicapai, namun jika terlalu tinggi maka dapat menimbulkan stres.
Misalnya lagi jika seorang Kepala Produksi, maka kita bisa melihatnya dari seberapa besar output produksi.
Pemimpin seperti seorang pemimpin orkestra, dia harus punya kemampuan untuk menggabungkan skill masing masing org, bayangkan saja kalau terompet, tambur, bas dll main musik sendiri-sendiri.
Pemimpin juga ibarat pelatih sepakbola, tidak harus bisa menggiring bola. Tapi cuma perlu membuat formasi, susunan line-up dan strategi
What you're supposed to do when you don't like a thing is change it. If you can't change it, change the way you think about it. Don't complain.
Take it or leave it?